Membangun Dialog Inklusif Dan Berkesadaran Perennial Antar Agama-Agama
DOI:
https://doi.org/10.33363/sn.v0i4.156Keywords:
Dialog Agama-agama, Filsafat Perennial, Tanggung Jawab GlobalAbstract
Filsafat perennial berupaya menyingkap esoterisme tanpa menegasikan eksoterisme. Esoterisme sendiri merupakan tatanan yang bersumber pada spiritualitas yang ada di dalam setiap agama. Dalam hal ini filsafat perennial berupaya mencari titik temu dalam esensi esoteris melalui pluralitas eksoteris pada masing-masing agama. Berdasarkan pada pemahaman tersebut maka filsafat perennial akan menjadi dasar bagi agama-agama untuk mulai saling membuka diri (menerapkan sikap inklusif), dan berusaha memahami perbedaan yang ada antara satu dengan yang lain (pluralisme). Sikap inklusif-pluralistik ini akan membuka akses dan ruang yang lebar bagi setiap agama untuk bertemu, dan memulai dialog. Dialog tersebut dilakukan dari titik temu yang sama, bukan saja mengenai permasalahan transendensi, tetapi juga menyangkut nilai-nilai kemanusiaan dan juga upaya bersama untuk menjaga alam ini. Berdasarkan hal tersebut, maka penting dibangun sebuah dialog yang berangkat dari titik kesepahaman dan kesadaran yang sama akan adanya tanggung jawab global.